[Ficlet] Peri dari Dunia Nyata

image

Peri dari Dunia Nyata

Presented by

Cho Hika

Starring by Choi Sooyoung and Kim Taehyung

With feelin’ Fantasy, Surealism, School-life (slight), Romance (slight)

And rated for General

.

.

Credit poster : xilvermist @ HSG

Disclaimer : PLOT is annisahika’s

A/N : Read this slow. All the story is Taehyung’s POV.

.

.

Syo dan Sooyoung. Mereka ‘satu’ bukan? – Kim Taehyung (Peri dari Dunia Nyata by Cho Hika)

“Aku takkan ambil semuanya. Kurasa kau harus lembur malam ini karena penyerahan karya terakhir adalah pukul 6 besok pagi.”

Astaga! Kejam sekali ia bicara! Tidak tahukah ia bagaimana perasaanku? Seenaknya saja meremehkan karya-karyaku! Padahal semua lukisan-lukisan ini sudah mendapat pujian dari ibuku. Ya, ya, ya, aku tahu kalian akan mengatakan apa. Seorang ibu sudah pasti memuji hasil karya anaknya sendiri. Dan Yeah ! Ternyata karya ini sama sekali tidak menarik perhatian kolektor lukisan terbaik Korea.

Jadi begini. Besok akan diadakan sebuah pameran lukisan yang memuat karya-karya terbaik pelukis muda Korea. Aku memang mendapat undangan untuk menitipkan lukisan disana. Tapi? Bahkan utusan mereka tidak mengindahkan karyaku.

Setelah jas perlente nya sedikit kotor akibat terkena hempasan debu dari beberapa lukisan lama yang berjejer di gudang ini, tangannya sengaja ia tepuk-tepuk untuk menghilangkan debu yang menempel. “Aku tunggu besok pagi.” Diliriknya arloji mahal berlapis emas di tangan kirinya. “Aku masih punya banyak janji dengan pelukis-pelukis muda lainnya.” Ya! Sombong sekali dia!

Demi pameran! Aku harus bersikap baik dihadapannya. Maka dengan perlahan aku membungkuk tanda memberi salam. Sepersekian detik berikutnya, kakinya telah mengambil langkah jauh dariku.

*

“SIAL!” Kanvas dihadapanku sudah kupenuhi dengan cat air yang tak beraturan. Pikiranku pecah! Dimana inspirasi-inspirasi baru yang biasa berseliweran di otakku? Dimana? Kenapa saat aku membutuhkannya, ia justru tak datang? Astaga! Bisa gila aku!

Pameran itu satu-satunya jalanku untuk melangkah ke tahap berikutnya. Setidaknya dengan namaku terpajang disana, aku bisa memperlebar sayapku sampai dunia internasional. Sampai dunia mengakuiku. Aku, pelukis. Aku, Kim Taehyung!

“Aduh!”

Dimana itu? Siapa itu?

Sesosok wanita yang membuatku melongo. Ia keluar dari tas peralatan lukisku. Seingatku, tas ini tidak akan muat jika diisi oleh manusia dengan tungkai panjang seperti miliknya. Jadi, bagaimana bisa?

“Aku Syo. Salam kenal.” Senyum tipisnya cukup membuat hatiku berdesir. Rambut brunette panjangnya seakan ditiup oleh angin sehingga wajahnya yang bulat terlihat begitu jelas. Ia mengubah posisinya. Dari menghadapku, menjadi menghadap sungai.

Angin semakin berpihak padanya. Senyumnya, errr~ Kenapa tiba-tiba aku jadi seperti ini? Apa yang salah denganku?

“Akhirnya aku sampai juga. Huh~ Disini enak sekali.” Ia merentangkan tangannya, melepas semua beban yang ia punya. Aku yakini jika ia merasa ringan sekarang. Suara air, hembusan angin, ini sudah pasti membuat insan merasa tenang dan damai.

“Bagaimana bisa k—”

“Kim Taehyung! Aku akan menyelamatkanmu dan kau akan menyelamatkanku. Hm?” Kau tidak diajarkan sopan santun? Tidak seharusnya kau berbicara sebelum lawan bicaramu menyelesaikan pembicaraannya!

Dan apa maksud dari kalimatnya barusan? Dan kenapa mimiknya berubah menjadi melas begitu? Astaga! Aku pasti sedang bermimpi!

Aku sengaja mencubit pipiku sendiri. Dan ya! Sakit memang! Jadi?

“Jangan kira ini mimpi, Kim! Kau pikir aku ini imajinasimu? Kau meremehkanku, hah? Kau pikir kau tidak membutuhkanku? Kau kira aku ini apa?” Kalimat-kalimat pertanyaan itu keluar dengan mudahnya dari bibir tipisnya. Siapa namanya? Oh iya! Syo!

“Syo! Kenapa kau menyerangku dengan banyak pertanyaan? Kau pikir aku juga tidak bertanya-tanya? Bahkan aku yakin, aku harus bertanya pada diriku sendiri. Apakah aku gila karena melihat manusia yang keluar dengan mudahnya dari tas ku sendiri?” Huh~

Bodohnya aku! Dengan sikap kami yang saling mempertahankan argumen masing-masing, hal ini takkan cepat selesai.

Tangannya mengayun menggambarkan sebuah pintu dari cahaya yang keluar dari jari-jemari lentiknya. Bibirnya juga bergerak-gerak seakan mengucap mantra yang tak dapat kudengar. Setelah selesai menggambar, kumpulan cahaya itu benar menjadi pintu yang terbuka dengan sendirinya.

Tak perlu tanyakan lagi bagaimana ekspresiku sekarang ini. Mata melotot, mulut menganga. Kau pasti tahu!

“Dengar yaa, Kim! Aku hanya bertanya sekali ini saja!” Dia serius, aku tahu! Kedua tangannya dilipat didepan dada. Sorot matanya tajam dan jatuh tepat dimanik mataku.

Jadi, um, mau apa dia?

“Maukah kau ikut bersamaku kedalam?”

Tunggu! Pertanyaan ini sungguh aneh. Aku tidak dapat berpikiran jauh sekarang ini. Jujur, aku penasaran. Tapi, tidakkah kejadian ini tampak seperti kejadian di film-film? Kau koma. Kemudian kau sedang berada di alam bawah sadar. Kau diberi pilihan untuk tetap ditempatmu atau kau pergi dari tempatmu. Jika kau tetap tinggal, kau akan tetap hidup. Dan jika kau pergi, maka kau akan mati! Tapi..

Tidak mungkin aku koma. Um, maksudku, tidak mungkin ‘kan jika orang yang sedang koma bisa berpikiran bahwa ia sedang koma? Astaga! Aku gila!

“Tik tok tik tok. Aku tak punya waktu banyak dan…” Ia sengaja menggantung kalimatnya. Sorot matanya semakin kuat. Sebelah alisnya pun ikut terangkat. Dan kini bibir tipisnya pun ikut terangkat. “Aku hanya terima jawaban Iya.”

Dasar! Itu sih namanya menghakimi. Mengambil keputusan dari satu pihak. Asal kau tahu, aku tidak akan mengatakan ‘Iya’.

“Aku t—”

“Aish!”

Tubuhku terdorong dengan sendirinya. Aku lihat dibelakangku hanyalah sekumpulan cahaya yang juga kuyakini memiliki tenaga yang mana untuk mendorong tubuhku sampai masuk kedalam pintu itu.

Cahaya! Lagi-lagi cahaya!

Argh! Mataku sakit! Cahayanya begitu menyilaukan.

*

Ugh! Aku berusaha mengangkat kepalaku. Rasanya berat sekali. Dan…

Astaga! Apalagi ini?!

“Kim, selamat datang di ruang imajinasi!” Ucapnya seraya menunjukkan ruangan putih yang hanya terdapat banyak pintu tanpa sedikitpun sentuhan seni.

Syo mengulurkan tangan cokelat nya untuk membantuku berdiri. Senyumnya terukir begitu indah bak bidadari. Sampai-sampai aku lupa kalau dia pernah menatapku tajam seperti singa yang akan segera menerkamku.

“Kau baik-baik saja?” Lagi-lagi ia menunjukkan perhatiannya. Ia berputar mengelilingi tubuhku takut-takut jika aku terluka. Aku rasa dia terlalu hiperbola. Tapi, aku lebih suka saat sikapnya seperti ini. Imut sekali.

Entah sejak kapan otot-otot pipiku tertarik sampai terukirlah sebuah senyuman. “Aku tidak apa-apa.”

Kepalanya refleks mendongak dan pandangannya (lagi-lagi) jatuh tepat di manik mataku. “Oh, syukurlah.” Senyum tipisnya ia umbar lagi. “Tadi aku lupa mengatur kecepatannya. Jadi kau seperti ini deh ! Hehe, maafkan aku ya?”

“Kau tidak salah.” Kumohon untuk tidak menyalahkanku. Kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku, aku, hey ! Ada apa denganku?

“Jangan terlalu banyak berpikir, Kim. Kau hanya tinggal menikmati perjalanan ini. Mari ku antar!” Ia terlebih dahulu melangkahkan tungkainya menyusuri ruang imajinasi. Terpaksa, aku membuntutinya.

“Kau harus menjelaskan ini, Syo!”

Tubuhnya berbalik. Senyumnya terukir lagi. “Pasti kujelaskan!” Langkah kami semakin sedikit. “Sekarang kau harus memilih pintu yang kau mau.”

“Tapi disini terdapat banyak pintu.”

Sorot matanya kembali berubah. Ya, ya, ya, aku tahu! Itu gesture yang mengartikan “Kau hanya tinggal pilih!”

“Yang itu!”

*

“Ini sedikit menyeramkan.” Seru Syo setelah melihat kenyataan bahwa ia kini tengah berada di padang ilalang tak berujung.

“Memangnya apa yang membuat tempat ini menjadi seram?”

“Padang ilalang tak berujung?” Aku tengok dahinya mengernyit, antara keheranan dan ketakutan. “Bagaimana jika kau membutuhkan pertolongan? Ilalang takkan mungkin membantumu ‘kan?”

Ini imajinasiku ku ‘kan? “Kau bisa percayakan ilalang.”

Aku terhanyut. Tak pernah aku merasakan imajinasi yang sehidup ini. Kau mau tahu? Aku sering sekali berimajinasi jika suatu saat nanti aku akan berada di tempat ini. Tempat yang tenang dan damai.

Aku mengambil pensil mekanik dari sakuku. Kemudian aku menggoreskannya dengan sekuat tenaga pada pergelangan tanganku sampai kulitnya menonjol dan memerah.

“Kim, apa yang kau lakukan? Kau melukai dirimu sendiri.”

Dia panik. Haha, lucu sekali! “Lihat ini ya?”

Tak lama setelah itu, keajaiban terjadi. Beberapa ilalang terangkat dari tempatnya yang kemudian berputar-putar di sekitar pergelangan tanganku. Tak butuh waktu lama. Luka itu hilang. Dan ilalang ilalang itu kembali ke tempat semula.

“Waaah!” Aku senang. Senang karena dapat menyembuhkan kembali lukaku. Serta senang melihatnya terkagum-kagum karenaku. “Aku harus mencobanya.”

“Jangan!” Bukan maksudku untuk tidak mengizinkannya. Tapi saat pensil itu menggores kulit, rasanya sakit. Aku tidak ingin dia sakit. Dia, Syo. Wajahnya murung. Dia pasti kecewa atas ucapanku barusan. “Maafkan aku. Bukan maksudku.”

Ia pergi. Pergi melewati pintu yang kami lalui saat hendak kemari.

*

Aku menyusul langkahnya. Kami kembali ke ruang imajinasi yang dipenuhi dengan pintu.

Syo berkacak pinggang. Mimik wajahnya memancarkan sebuah emosi. Dia mungkin marah padaku. “Pilih lagi!”

Dengan malas aku menunjuk pintu yang lainnya. Seperti biasa, ia memimpin langkah kami.

*

“AAAA! Apa-apaan ini?!” Dia pasti marah lagi!

Kami kini tengah berdiri diatas batu yang hanya cukup untuk kami pijakkan berdua. Sisanya hanyalah ruang kosong. Namun apabila kau terjatuh, kau tidak akan pernah menemukan ujungnya. Kau hanya terus ditarik oleh gravitasi tanpa tahu dasar. Sungguh! Ini adalah imajinasi masa kecilku.

“Dan apa ini? Dandellion yang tumbuh diatas batu?”

“Jangan!” Sayang! Ia terlanjur memetiknya.

Kau harus dengar peraturannya! Jika kau memetik satu-satunya dandellion yang tumbuh batu ini, maka batu ini akan terjatuh. Dan kau tahu artinya?

“CEPAT TIUP! TIUP DANDELLIONNYA!” Bukan maksudku untuk berteriak, tapi.. Batu ini sudah retak! Dan satu-satunya jalan keluar hanya dengan kau meniup dandellionnya.

“Apa? Aku? Bunga ini? Tiup? Astaga!” Dia panik! Tapi untunglah ia segera meniupnya.

Perlahan-lahan satu anak tangga terbentuk dari tiupan dandellion tersebut. Ayo cepat!

“AAA!!!” Batunya sudah terjatuh. Beruntung! Aku tidak terjatuh, tapi.. Aku belum sempat menaiki anak tangga pertama sehingga aku terpaksa bergelantungan disana. “Bantu aku!”

“Iya iya.” Syo mengulurkan satu tangannya, sementara tangan yang lainnya ia sangkutkan di anak tangga berikutnya agar kami tidak terjatuh.

“Apa kau tidak bisa menggunakan sihirmu?”

“Tidak jika aku sudah masuk kedalam imajinasi orang lain. Percaya padaku! Raih tanganku!”

Baiklah!

Sekuat tenaga aku berusaha mengimbangkan tubuhku saat satu tanganku berusaha meraih tangannya. Ya! Dapat! Untunglah anak tangga lainnya sudah terbentuk sampai ke atas, jadi Syo memiliki pegangan setiap kali berhasil menarikku sedikit demi sedikit. Dia menolongku!

“Maaf karena aku merepotkanmu.” Sesalku.

“Maaf juga karena aku menyusahkanmu. Tadi itu tidak seharusnya aku memetik bunga itu. Aku tid—”

Aku mengangkat jari telunjukku sampai mendarat dibibirnya. Lagi-lagi aku tersenyum tanpa disengaja.

Mata bulatnya menghipnotisku. Kenapa aku baru sadar bahwa matanya begitu bersih? Astaga! Lupakan ini!

“Naiklah! Kau akan melihat sesuatu yang menakjubkan di atas sana.” Seruku.

Syo mengangguk dan bangkit. Tungkai panjangnya kembali memimpin langkah kami. Ah! Mungkin kalian bertanya-tanya bagaimana tangga ini bisa..? Ya, tangga ini satu-satunya jalan keluar saat batu itu lenyap. Aku jadi ingat masa kecilku. Bagaimana bisa aku sepintar ini disaat kecil? Coba kalian pikir!

Secara tidak langsung, Taehyung kecil telah menyampaikan pesan dari imajinasinya. Tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Kurasa kalian akan mengerti.

“Kim?”

Aku tidak tahu mengapa dia memanggilku Kim. Padahal aku lebih sering dipanggil Taehyung. “Ya?”

“Kenapa gelap?”

Ya, karena kita sudah sampai dilangit.

“Waah! Ada bintang!”

“Kau bisa mengambilnya jika kau mau.”

Wajahnya~ Apa dia sudah lupa kalau belum lama ini dia sedang marah dan ngambek padaku? Tapi sekarang ia terlihat begitu senang saat melihat bintang yang mengelilinginya.

“Kejutannya tidak sampai disini.”

“Benarkah?”

“Ya! Kau harus menutup matamu terlebih dahulu.” Aku sengaja menutup matanya dari belakang. Astaga! Dia tinggi sekali.

“Aku penasaran.”

“Sebentar lagi kau akan melihatnya.”

“Mana? Mana? Mana?” Semangat sekali!

“Kau siap?”

Dia mengangguk.

“Tada~”

*

“Ya! Mengapa kau tidak mengatakan jika pintu itu bisa muncul dimana saja?” Bentakku pada Syo.

Dia justru tersenyum tanpa beban. “Maafkan aku.” Hanya itu? Hanya dua kata itu? “Oh ya! Aku sangat menyukai imajinasimu itu. Batu, dandellion, tangga, bintang dan bulan! Nan joha! Neomu joha!” Matanya berkedip beberapa kali. Jadi beginikah caranya untuk mengatakan ‘suka’ ?

“Sebenarnya itu hanyalah imajinasi masa kecilku. Bukankah itu terlihat konyol?” Aku rasa pipiku bersemu merah sekarang.

“Konyol? Tidak sama sekali! Bulan sabit di ujung tangga itu sangat romantis Kim~” Entah pendengaranku yang salah atau bagaimana? Aku mendengar nada bicaranya mengayun saat menyebutkan namaku. “Kalau saja pintu putih yang terhubung dengan ruang imajinasi ini sudah ku ketuk saat kita hampir jatuh tadi, pastilah aku tidak akan pernah merasakan bagaimana nyamannya bersandar di bulan sabit.”

Ya! Padahal aku hampir gila saat memikirkan cara untuk kembali ke ruang ini. Kupikir, pintunya jatuh bersama batu tadi. Tapi ternyata pintu itu bisa muncul jika Syo mengetuk tangannya sebanyak tiga kali. Aku hampir gila!

“Terimakasih Kim~”

“Hah?” Apa maksudnya?

“Terimakasih atas imajinasi yang menyenangkan.”

Lagi! Aku menunduk berusaha menyembunyikan pipi tomatku. Ini sudah kesekian kalinya aku bersemu.

“Sekarang kesempatan terakhirmu. Pilih satu pintu lagi.”

Um ? Baiklah. Yang itu saja!”

*

Mmm, sebaiknya aku pergi saja. Biar kau sendiri yang berjalan-jalan di imajinasi yang ini.” Tunggu! Apa yang terjadi padanya?

Kutahan langkahnya dengan menggenggam erat satu pergelangan tangannya. Aku memutar tubuhnya sampai menghadap ke arahku. Aku tidak menyangka, dia menangis. “Kau baik-baik saja?”

Tanpa sepatah katapun ia langsung mendekapku erat. Tangisnya pecah saat itu juga. Adakah yang salah disini? Setahuku imajinasi kali ini juga termasuk imajinasi masa kecilku. Hanya saja imajinasi ini terlalu sederhana. Hanya pantai dan kupu-kupu.

*

Pletuk!

Awh! Appo!” Aku mengusap kepalaku yang baru saja dijamahi oleh benda yang tidak kuketahui.

“Kau mahasiswa di Daegu University ‘kan?”

“Syo?”

Dia berdecak. Tungkai panjangnya mengambil langkah sehingga jarak kami semakin dekat. “Apa kau di usir sampai-sampai kau tidur di tepi sungai? Dan apa katamu barusan? Syo? Hey! Apa kau tidak mengenalku? Aku, SOOYOUNG!”

Apa katanya? Tidur? Di tepi sungai? Apa dia gila? Atau aku yang gila?

Perlahan kepalaku berputar melihat sekitar. Hey! Tadi itu hanya mimpi? Syo?

“Lebih baik kau melukis wajahku agar kanvasmu itu tidak kosong. Kudengar dari oppa ku, kau juga diundang untuk turut memberikan sumbangsih pada pameran esok hari. Asal kau tahu saja ya! Oppa ku paling tidak suka di kecewakan. Jadi jika kau benar-benar kehabisan imajinasi, ada baiknya jika kau melukisku. Bye.”

Wanita itu. Peri itu. Mereka berbeda sekali.

*

Hosh hosh hosh ..

“Kau tepat waktu. Jadi, biar ku lihat karya lemburmu.”

Beruntunglah karena Syo aku mendapatkan inspirasi untuk melukis lagi. Semoga saja karya yang ini bisa diterima. “Ini.”

“Aku terima.”

“Apa? Um, maksudku, secepat ini?”

Dia mengangguk.

*

Pukul 4 sore. Aku baru saja menyelesaikan mata kuliahku hari ini. Meskipun pameran sudah selesai, tapi aku berkunjung lagi kemari. Aku ingin mendengar kabar baik dari oppa nya Sooyoung. Ah! Aku kan belum menceritakan soal dia.

Jadi Sooyoung adalah adik dari Siwon, utusan yang kemarin malam datang mengunjungiku. Dia juga yang membangunkanku dari mimpi yang kuanggap sebagai kenyataan. Apa kau ingin tahu? Sooyoung sangat terkenal di Daegu University. Dia dikenal sebagai icon Daegu karena ia adalah actrees dari jurusan Teater disini. Dia cantik. Siapapun yang melihatnya sudah pasti terhipnotis oleh mata bulatnya. Dia terlihat seperti Syo.

Ah! Apa itu?

Lukisanku masih dipajang disana? Dan siapa itu?

“Sooyoung?”

Pemilik nama itu pun menoleh. Tapi ada satu orang lagi dibelakannya. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya padaku. Syo?

Aku balas tersenyum dan melambai. Tanpa kutahu, Sooyoung justru ikut membalasku.

“Kim, aku tidak menyangka jika kau benar-benar menggambarku.” Ucap Sooyoung.

“Hah? Apa?” Sooyoung memanggilku ‘Kim’?

Pikiranku buyar. Yang mana yang harus kulihat? Sooyoung dari dunia nyata, atau Syo dari mimpiku?

“Aku sangat menyukai lukisan ini. Peri yang bersandar di bulan sabit yang mana di bawahnya adalah laut yang memantulkan bayangannya. Kau tahu? Sayapnya begitu eksotis. Feel nya.. Nan joha! Neomu joha!

“Hah? Apa?”

Dua kalimat terakhirnya itu sepertinya pernah kudengar. Syo? Dia terus tersenyum padaku.

“Kim?”

“Syo?”

“Apa?”

Astaga! Bodoh! Bodoh! Yang memanggilmu itu Sooyoung, bukan Syo! Kim Taehyung, kau tidak mabuk ‘kan ? “Mm, maksudku, Sooyoung? Ya, ada apa Sooyoung?”

Dia menatapku aneh. Astaga! Aku bahkan seperti pernah melihat tatapan itu. Syo? Sooyoung? Kalian sama?

“Kau aneh sekali! Lebih baik aku pergi.”

Tanpa izinku Sooyoung melengos pergi tak mengindahkanku. Aku salah. Sooyoung, Syo, kalian berbeda.

Syo! Syo? Dimana dia?

Aku melihat ke arah Sooyoung pergi. Ternyata Syo mengikutinya. Tapi Syo dengan sikap hiperbolanya mengatakan ‘terimakasih’ tanpa suara. Dan untuk yang kesekian kalinya, aku tersenyum lagi. Tapi..

Kenapa Syo bersama Sooyoung?

Padahal rupa mereka adalah sama. Hanya saja Syo ‘imaginer’, dan Sooyoung ‘real’. Apakah Syo bagian dari Sooyoung? Ataukah Sooyoung bagian dari Syo? Hm, mungkin saja Syo dan Sooyoung adalah satu. Mereka sama tapi mereka berbeda. Biar kuambil kesimpulannya! Disini aku tidak akan menyebutkan nama Syo atau Sooyoung. Tapi ‘dia’. Dia adalah peri dari dunia nyata. Dia..

Adalah alasan mengapa lukisanku bisa sampai di pameran ini. Toh dia menyukainya. Karena lukisan ini aku ambil dari kisah ‘dia’. Dia..

Flashback ON

Angin pantai berhembus menyapu anak rambut Syo sehingga kening mulusnya terlihat dengan jelas. Pandanganku turun ke matanya. Sendu.

“Biar ku ceritakan kisahku.”

“Aku akan mendengarkannya.”

Dia tersenyum lagi. Bibir tipisnya menjadi semakin tipis karena tertarik bersama otot pipinya.

“Aku berbeda denganmu. Aku adalah seorang peri. Usiaku 100 tahun.”

Ini tidak mengejutkan bagiku karena aku sudah melihat sihir-sihirnya.

“Pada dasarnya peri juga sama seperti manusia. Peri tidak kekal. Peri juga bisa mati.”

Air matanya turun lagi. Dan Syo mengusapnya kasar.

“Peri bisa mati jika anak mereka tidak juga mendapatkan sayap.”

Biar kulihat. Syo bilang dia adalah peri. Tapi aku tidak melihat sayap di punggungnya.

“Sayap itu bisa didapatkan jika kami membantu manusia. Namun saat itu, aku selalu meremehkan hal ini. Aku pikir berbuat baik itu mudah sehingga aku terus mengulur waktu sampai saat itu tiba.”

Aku tidak pernah tahu soal ini.

“Aku lupa saat 100 tahun itu datang. Tiba-tiba saja Dewa Air menghampiriku dan mengatakan bahwa ia akan mengambil ibuku. Itulah saat aku sadar. Tidak seharusnya aku menunda waktu sekalipun itu adalah pekerjaan yang mudah. Aku hiks !”

Menangislah jika memang kau ingin menangis.

“Keluargaku adalah peri air. Maka saat aku melihat air, aku selalu teringat akan penyesalanku. Ibuku, aku sangat menyayanginya. Aku datang ke tempat dewa air. Dan aku melakukan kesepakatan bersama.”

Mataku sedikit membulat. Apa? Apa? Aku penasaran!

“Aku bilang jika aku bisa menolong manusia hari ini, aku akan diberikan sayap dan ibuku akan kembali. Dan.. Hiks !”

Refleks aku memeluknya erat. Wanita 1 abad ini hanyalah gadis yang terjebak dalam tubuh dewasa. Aku berharap yang terbaik untuknya. “Segeralah kembali ke rumahmu. Kau sudah menolongku. Jadi kau harus menyambut ibumu disana.” Ucapku.

Tangisnya mereda. Dia berusaha bangkit. “Benarkah aku sudah menolongmu?” Aku mengangguk.

“Kim~ Aku akan merindukanmu.” Ia kembali mendekapku.

“Aku juga.”

Detik berikutnya, ia sudah siap untuk pergi. “Aku akan membangunkanmu. Tapi kau ingat! Jangan lagi kau anggap aku mimpi. Karena aku ada di dunia nyata. Hm ?” Lagi, aku mengangguk.

“Aku pamit. See you, Kim~”

See you too, Sooyoung.

Flashback OFF

END

Jangan salahkan aku kalo kalian ga ngerti sama ceritanya. Ini ff genre nya surealism. Jadi maklum aja kalo serada ambigu -_- Daaan.. ini ff aku buat untuk Choi Min Ra yang request ff Soo-V. Hope you like it ^^

Buat yang udah baca, selesai ataupun ga selesai, dimohon dengan sangat untuk meninggalkan jejak. Hargailah penulis yang sudah meluangkan waktu untuk menulis ^^

XOXO,
Hika

21 thoughts on “[Ficlet] Peri dari Dunia Nyata

  1. Kyaaaaa!!!! #JejeritGaje
    Kak Hika, aduh duh akhirnya dibuat juga ficlet Soo-V terlebih ini khusus buat aku lagi^^ . Makasih ya kak seneng banget. Tapi maaf ya kak aku gak bisa first koment

    BTW itu si V kok lucu banget sih, ngegemesin banget. Aku paling suka saat moment yang pintu terakhir waktu Sooyoung eonni bilang ” Nan joha! Neomu joha!” gak kebayang cutenya gimana apalagi kalo sambil loncat-loncat :3

    Lain kali bikin lagi ya kak ff ni kapel, jadi overdose sama ni kapel :3 . Oke, ditunggu ya kak!

    Sekali makasih banyak, aku suka banget sama ffnya
    Fighting!!

    1. sebenernya ini ff udah aku buat sebelum drabble 200 words itu, cuman belum berani di publish aja kekeke xD sama sama sayaang~ gapapa kok 😉

      iih bi itu emang lucu, immut tepatnya :3 hihi udah pasti kyut banget :3

      selagi aku masih ada feel sama Soo-V pasti aku lanjutkan(?) crack-pairing ini :3 siap ^^

      sama sama 🙂 bagus deh kalo kamu emang suka 🙂 gomawooo ^0^

  2. Wow..eonni ffmu keren BGT 😀
    awalnya aku rada bingung sma crtnya,tpi lma kelamaan aku bca,trnyta ffmu mnarik,aku suka eon.
    Selain itu bnyk kta2 yg brmanfaat*jiah 😀 sprti,’tidak ada msalah yg tdak bsa diselesaikan’, terus ‘tidak seharusnya menunda sesuatu walaupun itu trliht mudah’. 😀
    selalu ditnggu karya slnjutnya dri hika eonni 😉

    1. aduuh makasih BGT yaa xD aku emang suka bikin reader bingung, kan lucu *plak xD
      jiaah cuman itu doang ko yang bermanfaat, selebihnya hiburan doang 😀 okee makasih banyak atas apresiasinya saeng ~ :3

  3. agak bingung Hik, aku nggak tau genre surealism soalnya hahaha #kudet
    etapi tetap suka, belakangan aku kurang asupan fantasi. fantasi nya cuman kurang rinci dikit, kalo dijelasin mengenai peri dan dunianya itu pasti makin asyik xD
    anyway aku nungguin Korean Blue Eyes, mana Hik? 😀
    semangat Hikaaaa

    1. fanfan-chan >.< jujur, aku rada shock ngeliat username kamu tampil di kolom komentar. Soalnya seinget aku, kamu lagi vakum dari dunia Soo-HET. Dan waktu aku ngeliat postingan itu, speechless! Aku pikir kamu cums butuh waktu *aseek *curcol xD
      surealism itu antara nyata sama ngga nyata. Dibilang nyata, tapi ga nyata. Dibilang ga nyata, tapi nyata. Pokonya serada ambigu gitu deh.
      Ah kalo dijelasin sampe situ sih bisa jadi longshot. Kamu tau kan aku ini gabisa nulis panjang"? -_-
      Korean Blue Eyes? Maaf aku pending. Feel horror nya tiba" ilang. Mungkin bakalan publish sesuai feeling aku(?) jadi ga nentu deh -_-
      makasih fanfaaan ^0^

  4. KYAAAA;____;
    fantasy/? bweheheheheehehehe ’3′ awal-awalnya agak ndaktau/? akhirnya aku mengerti juga ampe akhir uhhuhuhuhhu hihihihi heheheheheh hhohohohohohohohohoho/?
    nice ff eonn, kutunggu yaak ff selanjutnyaaa~

Leave a reply to Amel Ryriis Cancel reply